Selasa, 08 November 2011

Sumpah Pemuda “Saatnya yang Muda yang Berjuang”

Sumpah Pemuda

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Sumpah Pemuda, adalah tentang pemuda yang memiliki keyakinan dan kedalaman pemahaman, sadar dan memahami akan jati diri mereka, mereka paham apa visi mereka untuk bangsanya. Mereka sadar akan potensinya, sehingga tak pernah ada kata menunggu untuk bergerak, mereka tak menyalahkan siapapun, mereka tahu apa yang harus dicapai dari perjuangannya, hanya aksi nyata yang menjadi jawabannya. Dan kini, pemuda telah kehilangan semua itu, pemuda telah mengalami krisis identitas, tak kenal akan jati dirinya dan tujuannya, tertipu oleh fatamorgana dunia.

Sumpah Pemuda, adalah tentang keteguhan hati dan kebulatan tekad, bahwa visi besar, tak dapat diraih tanpa persatuan, tanpa ikatan yang kuat atas setiap komponennya. Sehingga tiada kemenangan tanpa kekuatan, tiada kekuatan tanpa persatuan, keteguhan hati untuk membela dan menjunjung tinggi persatuan inilah yang membuat kemengan itu semakin nyata. Dan lagi-lagi kini, keteguhan hati itu seakan pudar, pemuda sibuk terombang ambing dalam euforia yang memabukkan tanpa sedikitpun prinsip dan keteguhan tentang apa yang harus mereka perjuangkan.

Sumpah Pemuda, adalah tentang semangat, semangat untuk kebangkitan. Pemuda telah memberikan inspirasi kebangkitan dengan semangatnya laksana api yang berkobar. Ketika kekuatan diri dan bangsa mulai meredup, tiada yang lain selain semangat seterik mentari yang mampu membangkitkannya. Namun kini, semangat itupun kini telah redup dalam diri pemuda, mereka kini asyik terbuai dalam keterpurukan tanpa sedikitpun gairah untuk bangkit.

Sumpah Pemuda, ialah pun tentang pemuda yang senantiasa bersifat deklaratif nan proklamatif, tak malu untuk berteriak lantang kepada dunia, bahwa ia siap berdiri di garda terdepan untuk menyongsong perubahan, deklaratif untuk meneriakkan kebenaran dan menyadarkan tiap-tiap telinga yang mendengar untuk bangkit dari keterpurukan, tak ragu untuk mengikrarkan janji-janji kemenangan. Tapi kini pemuda malah bersembunyi di balik keterpurukan, berlindung di bawah ketiak kemalasan, dunia tak lagi mendengar teriakan lantangnya, ia terdiam diantara rasa acuhnya.

Ironi dahulu dan kini tak cukupkah menggelitik hati para pemuda?, dunia yang merindukan kembali kehadirannya, bangsa yang menanti aksi nyatanya, pemuda kini sedang diteriaki dari berbagai penjuru “Bangkit pemuda, bangkit, kami merindukan hadirmu, kami menantikan aksi nyatamu!”. Maka yang harus kembali dan senantiasa disadari, dipahami, diyakini, yakni jati diri dan visi agung para pemuda. Kemudian keteguhan dan kebulatan tekad untuk meraih visinya dengan kekuatan dan persatuan. Lalu semangat yang telah redup harus segera dinyalakan, untuk menyalakan obor kebangkitan untuk menyinari gelapnya keterpurukan. Dan terakhir tak perlu lagi ada keraguan untuk mendeklarasikan dan memproklamasikan pada dunia, bahwa pemuda siap untuk menyongsong perubahan untuk meraih kemenangan. Maka pemuda harus belajar kembali dari para pendahulu, menyadari realitas yang terjadi, sehingga tiada yang lain yang terpikir dalam benak “bangsa ini menunggu kita, jawaban atas semua masalah ini ada pada aksi nyata kita”.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar